Entah sampai kapan kita sebagai orang tua atau guru masih menganggap bahwa belajar menurunkan rumus Trigonometri, menghitung Integral, Logaritma, Diferensial dan setumpuk pelajaran-pelajaran rumit lain dibangku sekolah anak-anak kita jauh lebih penting dibanding mengajarkan anak-anak kita kejujuran, integritas, kasih sayang, empati, saling menolong dan sebagainya.
Hingga kita semua setuju, saat waktu dan energi anak-anak kita habis terkuras mempelajari semua pelajaran-pelajaran rumit yang hampir tidak pernah terpakai di kehidupan nyata. Belum lagi di sore dan malam hari anak-anak kita masih harus mengikuti bimbel dan mengerjakan setumpuk PR untuk sebuah standarisasi nilai yang entah dari mana dasarnya.
Sementara itu kita malah merasa biasa saja melihat anak-anak kita terus tumbuh menjadi anak-anak yang tidak tahu cara menjalani kehidupan, bahkan tidak tahu cara membuang sampah ditempatnya, berbicara dengan sopan, menghormati orang yang lebih tua, berani jujur dan tidak mengambil jalan pintas dalam meraih cita-cita.
Inikah hasil pendidikan yang kita inginkan? Pendidikan yang membuat anak-anak kita menjadi anak-anak bingung yang “tahu banyak hal” tapi “tidak tahu harus berbuat apa”. Anak-anak yang mampu mengerjakan soal-soal pelajaran rumit ,tapi tidak mampu mengatasi kecanduan game online dan pornografi.
Kalau dari semua pelajaran-pelajaran rumit di sekolah tadi, kita berhasil menciptakan teknologi yang bisa membawa kita sampai ke bulan, mungkin kita boleh bangga. Kenyataannya, untuk mengolah komoditas yang tidak memerlukan kerumitan teknologi tinggi untuk memproduksinya saja kita tidak mampu sehingga harus mengimpornya.
Sementara dari sistem pendidikan yang katanya hebat itu, kita terus menerus memproduksi stok koruptor berintelektual tinggi yang rasanya tidak pernah ada habisnya. Tertangkap satu, tumbuh seribu.
Inikah hasil pendidikan yang kita inginkan? Sistem pendidikan rumit yang mencetak anak-anak yang cerdas otaknya namun kosong jiwanya. Sehingga kecerdasannya digunakan untuk menipu dan menindas bangsanya sendiri. Sistem pendidikan yang melahirkan manusia-manusia hedonis yang tidak pernah puas merampok negrinya sendiri untuk mengoleksi lebih banyak Lexus, Ferrari dan Harley Davidson.
Wahai para orang tua dan guru, beranikah kita merubah cara berpikir kita untuk menyelamatkan masa depan anak-anak kita. Jika tidak, mungkinkah kedepannya nanti orang-orang yang merampok negri ini adalah anak-anak kita sendiri.
Yudha D.H
GreenWhite Academy